Bumiku tengah menangis
Suaranya parau terdengar mengiris
Pilu kalbuku menatap tanahku
Bersimbah darah jasad kaku
Lihatlah..
Manusia macam apa mereka
Bergumul dengan perdebatan
Lalu meletuslah perang
Yah perang saudara..
Bukankah kita dari satu ayah dan satu ibu
Hawa dan adam begitu yang ku tau
Lalu mengapa mereka pongah
Bukankah lebih indah
Bila tangan kita saling berpegangan
Saling menopang berdiri
Agar tak terjungkal pada cadasnya kehidupan
Di luar sana
Mereka saling menuding
Menghasud,
Menjatuhkan nilai nilai agama yang lain
Seakan reankarnasi sengkuni berhasil hidup
Menyusup pada raga yang pongah itu
Mereka menyebut diri ber agama
Menggencarkan dakwah
Lalu menghancurkan ukuwah
Saling merangkul
Kemudian bahu membahu memukul
Mendidik tunas bangsa
Lalu membidik pemimpin pemimpin mulia
Itukah kelakuan manusia ber akal..?
Diamlah..
Aku tak berbicara tentang agamamu
Atau lebih meninggikan agamaku
Aku berbicara tentang hati
Yang terkikis oleh ketamakan naluri
Mataku haus akan indahnya damai
Telingaku lapar santun kata terurai
Setiap penjuru negeri meraung ngeri
Disuguhi warta menyayat hati
Media malah semakin mencuat
Entah itu kabar benar atau cuma penghangat
Hanya satu dua yang memaparkan kebenaran
Selebihnya menjual tulisan tak bermoral
Menghitamkan putih
Memutihkan hitam
Benar benar kelakar manusia tak bermoral
Menghancurkan saudara sendiri
Demi pundi pundi materi
Dimana lagi tanah yang dapat di injaki kaki
Tanpa takut ranjau ranjau melumat nyali
Bumiku tengah menangis
Suaranya parau terdengar mengiris
Tak tercium lagi harum aroma paradise
Hanya bau darah bangkai pribumi yang amis.
0 komentar:
Posting Komentar